Gambar 1. Kegiatan Pemicuan untuk Untuk memicu masyarakat guna merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh yayasan Inanta |
Kalau anda pernah berkunjung ke Desa Marioritengnga kurun waktu tahun 2015 atau tahun sebelumnya dan berkeliling dikebun coklat untuk memetik buah coklat matang, kemungkinan niat itu akan diurungkan karena adanya bau tidak sedap disebabkan oleh prilaku masyarakat buang air besar sembarangan. sebagai catatan, Desa marioritengnga terletak di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng Provinsi sulawesi selatan.
Hal ini beralasan coba liat dari 962 jumlah rumah Tangga ada sejumlah 138 Rumah tangga yang belum mempunyai jamban. Kalau kita hitung setiap keluarga dihuni oleh 4 orang dan rata - rata 300 gram tinja setiap orangnya, maka rata-rata dalam setiap hari ada tumpukan tinja sekitar 165,6 kg bayangkan ada berapa tinja yang berserakan dalam satu bulan, bukan main.
Tapi cobalah sekarang, anda akan bersemangat untuk memetik buah coklat karena bau tidak sedap itu telah hilang, kenapa ini bisa terjadi ?
Gambar 2. Deklarasi ODF di Desa Marioritengnga yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Soppeng pada tanggal 4 Desember 2017 untuk mendukung gerakan soppeng bebas Ancaman Tinja (SoBAT) |
Tiga tahun lalu Program pendampingan masyarakat masuk ke desa ini, Lewat Yayasan INANTA melaksanakan kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat, dengan tujuan adanya perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat untuk Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) di Kabupaten soppeng. Kegiatan ini mengadopsi program nasional sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) utamanya pilar pertama. Hingga desember 2017, jumlah total penerima manfaat kegiatan ini di desa Marioritenga adalah 984 Rumah tangga atau 3.723 Jiwa.
Gambar 3. Kegiatan FGD untuk memetakan Kondisi Sanitasi yang dilakukan oleh Sanitarian, Kader Posyandu, Masyarakat dan Fasilitator Inanta |
Jadi saya bersyukur ada program STBM dari yayasan Inanta yang masuk sehingga ini bisa membantu desa ini menjadi bebas buang air besar.
Dulu, Saya malu kata pak desa setiap ada kegiatan di kabupaten, Desa marioritenga selalu disebut sebut sebagai desa yang masih banyak tidak memiliki jamban keluarga hal ini memicu bagi saya untuk membuat peraturan desa yaitu bagi warga desa yang ingin berurusan dengan desa harus memiliki jamban bagi yang tidak memiliki tidak akan diladeni.
Perdes ini lahir setelah menghadiri kegiatan pemicuan yang dilakukan oleh Inanta.
Dengan adanya perdes ini banyak tantangan salah satunya adalah saya pernah didatangi salah satu warga penerima BLT yang marah dan membawa parang karena saya tidak mau meladeni urusannya dikantor . Tapi dengan memberikan pengertian mereka mau mendukung desa ini untuk dapat bebas buang air besar sembarangan. Dengan adanya perdes ini lambat laut masyarakat berubah dari BABS ke Stop BABS.
Gambar 4. Kegiatan Monitoring yang dilakukan setelah masyarakat mengikuti pemicuan dan kontrak sosial |
Ketika ditanya bagaimana perubahan itu terjadi Asniati sebagai fasiitator Inanta memaparkan “ setelah melihat Community Action Plan (CAP), kami melihat STBM penting dilakukan. Kegiatan diawali dengan Pelatihan STBM perwakilan 28 Desa di Kabupaten Soppeng. Salah satu pesertanya adalah Ibu Murdiati perwakilan Desa Marioritenga. Selanjutnya kami melakukan pendataan ulang jumlah Rumah Tangga yang belum mempunyai jamban di desa Marioritenga maka didapat ada 138 Rumah tangga. Dari data ini kami melakukan pemicuan dilakukan di Kantor Desa Marioritenga, ada 87 orang pesertanya yang merupakan Kepala rumah tangga yang belum mempunyai jamban. Pada saat itu kepala Desa Marioritengga hadir untuk melihat proses pemicuan yang dilakukan. Dari kegiatan ini ada 63 peserta membuat kontrak sosial untuk berubah. Untuk mempercepat proses kegiatan STBM, maka Inanta menyiapkan cetakan jamban yang dapat membuat jamban dalam waktu singkat dan biaya murah. Cetakan jamban ini banyak dimanfaatkan oleh keluarga kurang mampu. Kegiatan selanjutnya adalah monitoring setiap bulannya untuk melihat perubahan prilaku BABS. Pada Oktober 2017 diadakan pendataan ulang jumlah BABS di desa Marioritenga, ternyata sudah tidak ada lagi BABS. Ini sangat menggembirakan utamanya Bapak kepala Desa yang sudah lama berjuang untuk menjadikan desanya bebas buang air besar sembarangan.
Gambar 5. Bapak Andi Syamsul Bahri, S.IP, Kepala Desa Marioritengnga |
Melalui Gerakan Soppeng Bebas Ancaman Tinja (SoBAT), Pemerintah Kabupaten Soppeng optimis tahun 2018, Soppeng bebas prilaku masyarakat buang air besar sembarangan (BABS).
Pada saat dilakukan deklarasi ODF, 4 Desember 2017 yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Soppeng, inanta bekerjasama dengan Gerakan SoBAT untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pada kegiatan Deklarasi ODF, Komitmen dari desa/ Kelurahan yang belum ODF sebanyak 64 Desa/Kelurahan pada tahun 2018 sudah bebas Buang air sembarangan. Nah Inanta ditugasi untuk melaksanakan Pemicuan bersama Sanitarian. Sebanyak 16 Desa/Kelurahan sudah dilaksanakan pemicuan, dengan anggaran disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten.
Diakhir pertemuan, Kepala Desa Marioritengnga mengucapkan banyak terima kasih kepada Inanta karena apa yang sudah dicita-citakannya sejak lama baru terwujud pada bulan desember ini. Sekali lagi terima kasih ucapnya. Karena hari sudah mulai senja Tim inanta yang berkunjung kedesa ini minta pamit untuk melanjutkan perjalanan ke desa lainnya untuk dapat mimicu masyarakat dan pemerintah desanya untuk dapat mengikuti Desa marioritengnga bebas buang air sembarangan.
Komentar
Posting Komentar